oleh : Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah
Syaikh berkata :
عن عبد الله بن محمد بن الكَوَّاء، أنَّه قال للربيع بن خثيم: ما نراك تعيب أحدا ولا تذمُّه فقال: «ويلك يا ابن الكَوَّاء ما أنا عن نفسي براض فأتفرَّغُ من ذنبي إلى حديث الناس، إنَّ الناس خافوا الله تعالى على ذنوب الناس وأمنوه على نفوسهم» الحلية لأبي نعيم (2/110).
حقًا فكم من أناس تفرغوا لعيوب الآخرين، ونسوا عيوب أنفسهم من ترك لواجبات وارتكاب لمنهيات.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Muhammad bin al-Kawwaa’. Bahwa suatu ketika dia berkata kepada ar-Rabi’ bin Khutsaim, “Kami tidak pernah melihatmu mencela atau mengkritik seorang pun?”.
Maka ar-Rabi’ pun menjawab, “Sungguh celaka dirimu wahai Ibnul Kawwaa’, aku tidak bisa merasa ridha terhadap keburukan yang ada pada diriku sendiri, bagaimana mungkin aku bisa merasa puas -dengan keadaanku sendiri- lalu melupakan dosa-dosaku dan sibuk membicarakan orang-orang. Sesungguhnya orang-orang itu seringkali mengkhawatirkan dari hukuman Allah ta’ala mengenai dosa-dosa yang menimpa orang lain sementara mereka merasa aman/tidak mempermasalahkan ketika ternyata dosa itu juga ada pada dirinya sendiri.” (al-Hilyah karya Abu Nu’aim, 2/110)
Benarlah demikian, betapa banyak orang yang memfokuskan waktunya hanya untuk mengurusi aib-aib orang lain sementara mereka melupakan aib-aib dirinya sendiri; padahal senyatanya mereka sendiri juga meninggalkan kewajiban-kewajiban dan menerjang larangan-larangan agama.